Ada dua pendekatan besar dalam metode menangani anak autis yakni pendekatan humanistik dan behavioristik. Pendekatan Humanistik memusatkan perhatian kepada diri peserta didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan individu. Anak adalah sumber belajar, inspirasi dan guru. Anak diberikan kebebasan untuk mengaktualisasikan dirinya artinya menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Sedang pendektan behavioristik memandang bahwa prestasi/perilaku individu berubah karena adanya stimulus yang ditata sedemikian rupa untuk mencapai target perilaku.
Simson (2005) mengelompokkan metode dalam beberapa bagian yakni Interpersonal Relationship Interventions and Treatment, Skill-Based Intervention and Treatmens, Cognitive Interventions and Treatments, dan Physiological/Biological/Neurological Intervention and Treatment dan kelompok intervensi lainnya. Dalam tulisannya dijabarkan berbagai metode seperti Holding Therapy, Option Teaching (Sone-Rise Program), Animal Therapy, Joint Action Routine (JARs), Sensory Integration (SI) dan masih banyak lagi. Menarik bukaan?. Termasuk juga ABA (Applied Behavior Analisis)
Tulisan ini akan memberikan sedikit informasi bagi orang tua khususnya dan guru pada umumya tentang Pendekatan ABA (Applied Behavior Analisis). Orang tua harus tahu jika guru atau terapis merekomendasikan pendekatan ABA untuk anak orang tua. Sebagai orang tua mungkin memiliki beberapa pertanyaan tentang apa dan bagaimana intervensi itu dilakukan. Sebagai orang tua, sangat penting bagi anda, apapun intervensi itu, orang tua harus memahami tujuan dan strategi intervensi yang akan bapak ibu dukung.
Apakah ABA itu?
Pendekatan Lovaas adalah bentuk lain dari Analisis Perilaku Terapan yang digunakan dalam program intervensi awal untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan atau yang telah diidentifikasi sebagai anak autis. Program yang dibuat oleh O. Ivar Lovaas, berasal dari penelitian yang dilakukan oleh B.F. Skinner pada 1930-an. Tujuannya adalah untuk memulai intervensi kepada dua anak untuk membantu anak-anak tersebut memperoleh kemampuan dan keterampilan komunikasi dalam pendidikan dan kegiatan kehidupan sehari-hari. Intervensi terdiri dari memecah keterampilan menjadi komponen-komponen yang paling sederhana dan memberi penghargaan kepada anak-anak secara positif dan kemudian “menggeneralisasi” keterampilan ke dalam lingkungan alami. Langkah pertama adalah membangun hubungan dengan anak-anak. Keahlian pertama adalah meminta sesuatu. Penting bagi anak-anak untuk belajar bahasa secara lisan/suara, jika memungkinkan. Keterlibatan orang tua sangat penting untuk kelangsungan intervensi di rumah. Komponen lain dari pendekatan ini adalah mendorong anak untuk meniru anak-anak lain untuk mengembangkan keterampilan sosial. Pendekatan Lovaas bekerja dengan anak-anak autis dan yang mengalami keterlambatan perkembangan didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah. Kemajuan diukur dan diadaptasi secara terus-menerus seiring bertambahnya usia anak. Imbalan yang memotivasi kepada setiap anak itu berbeda-beda dalam program ini.
Apakah ada bentuk treatmen lain yang sejenis ABA?
Menurut sebuah artikel di situs web rumah Lovaas, setidaknya ada dua intervensi utama lainnya. Salah satunya adalah model emosional/pengembangan. Dalam intervensi ini, terapis berkonsentrasi untuk membantu anak-anak berkembang dan menguraikan emosi yang sesuai. Program ini didasarkan pada enam sesi di lantai selama 30 menit per hari bermain yang dipimpin anak dengan terapis. Ada beberapa kegiatan terstruktur juga. Sebagai contoh model ini adalah Model DIR (Developmental, Individual Differences, & Relationship Based). Model populer lainnya adalah TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Communication Handicapped Children) , atau Model Pendidikan/Sekolah. Ini adalah program yang paling terstruktur dan disampaikan dalam lingkungan kelas yang sangat terstruktur. Isyarat visual adalah komponen dasar dari metode ini. Metode TEACCH menggunakan jadwal dan rutinitas bersama dengan pola yang dipelajari seperti bekerja dari kiri ke kanan untuk mengajarkan keterampilan yang berbeda. Meskipun intervensi berbasis kelas, intervensi ini berfokus pada masalah selain pembelajaran akademik.
Apakah ABA itu efektif?
Empat puluh tahun penelitian dibalik pendekatan Lovaas dan banyak lagi, jika Anda memasukkan penelitian ke dalam teori Skinner, yang menjadi dasarnya. Dalam semua penelitian yang dihasilkan, arahan utama adalah bahwa kemajuan harus dikaitkan dengan program dan bukan variabel lain. Poin studi lain adalah apakah intervensi berlangsung seiring bertambahnya usia anak. Selain itu, penelitian lain harus dapat mereplikasi temuan penelitian Lovaas. Salah satu hasil yang paling memuaskan dari pendekatan Lovaas adalah bahwa, pada usia tujuh tahun, banyak anak tidak dapat dibedakan dari teman sebayanya secara sosial dan dapat diikutkan kembali ke ruang kelas reguler, di mana mereka tampil pada tingkat rata-rata dalam ujian dan tugas.
Anak-anak pada spektrum autisme bervariasi dalam tingkat keparahan kondisi tersebut. Hal yang sama dapat dikatakan tentang keterlambatan perkembangan. Kemampuan terapis untuk mengatur intervensinya dengan kebutuhan dan kemampuan anak adalah karakteristik penting dari pendekatan ini, tetapi dukungan dan keterlibatan orang tua sangat penting. (appliedbehavioranalysisprograms.com). Berbagi Pengalaman Pelakasanaan ABA Sejak tahun 1997, penulis menggunakan pendekatan ABA untuk membantu meningkatkan dan mengebangkan perilaku, interaksi sosial dan komunikasi anak autis. Banyak pengalaman yang menyenangkan, menarik dan menggelitik untuk didiskusikan. Pengalaman menyenangkan yaitu terjadi peningkatan dan tercapainya target perilaku yang telah diprogramkan. Terkadang prosesnya sebentar dan terkadang butuh waktu yang cukup lama untuk mencapai target perilaku. Meski terkadang target perilaku sanngat “sepele” (anggapan orang pada umumnya) seperti anak dapat menirukan tepuk tangan, anak dapat menunjuk benda yang dia inginkan, anak mau melipat tangan, anak dapat buang sampah ke tempat sampah, anak berhasil memproduksi suara/bunyi “A” dan setersunya. Menarik, karena metode ini ternyata ABA dilakukan dengan penuh kegembiraan. Guru dan anak harus memiliki hubungan emosional yang menyenangkan. Dan didiskusikan adalah banyak hal yang masih perlu penulis klarifikasikan tentang konsep dan pelaksanaan intervensi dengan pendekatan ABA ini. Selama 20 tahun lebih penulis bekerja dan membaca serta melakukan riset terhadap tata laksana perilaku anak autis melalui pendekatan ABA, banyak hal yang telah peneliti temukan. Beberapa hal yang ditemukan dan patut didiskusikan seperti penggunaan meja berlubang setengah lingkaran (baca Jawa; meja “Krowak”), suara pengajar yang cenderung keras, ketegasan guru/terapis yang cenderung “agak kasar”, guru/terapis yang cenderung “marah”, kecenderungan mengajar harus duduk di kursi dan menggunakan meja (lihat ABA Evolution; Rhea Paul (2008). Intervention to Improve Communication). Sebagaimana efektifitas pendekatan ABA di atas, praktik ABA di Indonesia dengan berbagai bentuk dan variasi serta perdebatanya telah memberikan kontribusi yang baik bagi perkembangan anak. Melalui pendekatan ABA anak menunjukkan perkembangan perilaku, sosial dan komunikasi yang berarti. Meski tantanganya adalah dampak pembelajaran yang membuat anak tetap memiliki perilaku rigid routine dalam kesehariannya dan penggunaan secara generalisasi. (salah satunya). Penggunaan ABA melalui Didactic Approach dan Naturalistic Approach melalui Milieu Teaching harus diperluas dalam pelaksanaanya baik bagi guru dalam setting sekolah dan orang tua dalam setting rumah dan kehidupan sehari-harinya.
Penutup
Melalui pengalaman dan hasil-hasil riset pembelajaran bagi anak autis yang terus dikembangkan berharap dapat digunakan untuk sebesar-besarnya bagi dunia pendidikan anak autis di Indonesia. Pendekatan ABA adalah salah satu dari banyak pendekatan pembelajaran bagi anak autis. Guru harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilanya terkait dengan pendekatan tertua ini. Orang tua harus mengetahui tujuan dan strategi pendekatan ABA (jika itu dipilih) agar dapat memberikan dukungan yang sebesar-besarnya bagi perkembangan ananda tercinta.
Tetap Semangat!
Dr. J
1 April 2020