Kita seringkali mendengar kata autis tetapi kita sebenarnya bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan autis. Orang gampang sekali mengkaitkan kata autis pada anak-anak ketika anak memiliki perilaku yang aktif, suka marah dan ngamuk, tidak bisa bicara dan berperilaku aneh. “Dia autis pak, anaknya suka jalan-jalan di kelas!”. Bukti tersebut terlalu sederhana untuk menyimpulkan bahwa seseorang dikatakan sebagai anak autis.
Autis adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang sangat komplek/berat dalam kehidupan yang panjang, yang meliputi gangguan pada aspek perilaku, interaksi sosial, komunikasi dan bahasa, serta gangguan emosi dan persepsi sensori bahkan pada aspek motoriknya. (Yuwono, 2019). Gangguan/hambatan pada aspek perkembang perilaku anak autis seperti perilaku stereotype, perilaku mengulang-ulang gerakan, aktivitas yang sangat rigid routine, menyukai benda berputar, menderet-nderet benda, dan memiliki kelekatan terhadap benda tertentu tetapi tidak fungsional.
Keterlambatan pada aspek perkembangan komunikasi dan bahasa anak autis adalah adanya kesulitan berkomunikasi dan atau keterlambatan bicara. Anak autis terkadang sangat kesulitan untuk berkomunikasi sekalipun menggunakan bahasa isyarat gerak dan mimik. Ekspresi gerak dan mimik tidak mudah untuk dipahami. Pada aspek perkembangan bahasa anak autis kesulitan untuk mengerti perintah dan berbicara. Bahkan anak autis terkadang dapat berbicara tetapi kemampuan bicaranya tidak dapat digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Kadang anak autis hanya dapat menggunakan kemampuan bicaranya secara berulang-ulang dan tidak situasional. Sekalipun anak autis dapat berbicara tetapi ketika diberikan pertanyaan anak menjawab pertanyaan dengan mengulang pertanyaan. (membeo).
Selanjutnya, anak autis memiliki kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Anak autis tidak memahami bagaimana berhubungan dengan orang lain (berteman). Sebagai ilustrasi dapat dilihat bagiamana anak autis saat mengikuti kegiatan ulang tahun. Ada dua kemungkinan, yang pertama anak duduk bersama-sama dengan anak-anak yang lain tetapi anak autis tidak terlibat dalam kegiatan ulang tahun. Anak-anak yang lain asyik bertepuk tangan, memperhatikan hiburan badut, bergembira tetapi anak autis cenderung asyik dengan dirinya sendiri. Bisa jadi anak malah bermain pita, asyik memperhatikan pita rambut temanya, atau justru membuka-buka kado teman yang ulang tahun. Kedua, anak autis memisahkan diri dan memilih menyendiri bermain di pojok ruangan atau sekedar memperhatikan pantulan cahaya dari kaca jendela, memainkan jari-jari tanganya atau sekedar bermain kertas terpisah dari teman-temannya yang merayakan ulang tahun.
Selain gangguan/hambatan pada tiga area perkembangan tersebut di atas, ada beberapa area perkembangan lain yang juga nampak memiliki masalah seperti gangguan sensorik, emosi, maupun koordinasi motorik. Manifestasi gangguan tersebut dapat berupa perilaku takut bermain ayunan, suka main pasir, tidak nyaman kalau dipeluk, tidak mudah menunjukkan rasa senang, sedih (secara situasional), koordinasi lempat tangkap bola, pukul bola, tendang bola dan sebagaianya.
Gejala-gejala perilaku autisme tersebut di atas dapat dilihat pada usia sebelum usia 3 tahun. Jika seorang anak pada usia 2-3 tahun diketahui memiliki gejala-gejala tersebut di atas maka segeralah berkonsultasi kepada profesional seperti Dokter, psikolog, terapis atau guru pendidikan khusus untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang anak autis dan apa yang perlu dilakukan oleh orang tua untuk membantu perkembangan anak menjadi lebih baik.
Dr. Joko Yuwono, M.Pd